
JAMBI-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jambi mencatat kinerja perbankan di Provinsi Jambi stabil. Hingga Desember 2024 kredit tumbuh sebesar 8,74 persen (yoy) menjadi Rp54,59 triliun. Kredit konvensional tumbuh sebesar 7,44 persen (yoy) menjadi Rp48,32 triliun dan untuk pembiayaan syariah tumbuh sebesar 19,33 persen menjadi Rp6,27 triliun.
“Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan sebesar 6,66 persen (yoy) yang berasal dari DPK perbankan konvensional yang meningkat sebesar 5,91 persen (yoy) menjadi Rp42,82 triliun, dan peningkatan DPK perbankan syariah sebesar 14,13 persen (yoy) menjadi sebesar Rp4,64 triliun.
Loan to Deposit Ratio (LDR) BU pada Desember 2024 tercatat sebesar 115,04 persen atau lebih tinggi dari LDR BU nasional sebesar 89,88 persen. Sementara itu, kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL sebesar 1,70 persen atau di bawah rasio NPL nasional sebesar 2,05 persen,” terang Yan Iswara Rosya, Kepala Perwakilan OJK Provinsi Jambi, Jumat (14/2/2024).
Ia menambahkan, kredit Bank Umum (BU) di Jambi masih didominasi oleh konsumsi sebesar 42,29 persen diikuti modal kerja sebesar 28,96 persen dan investasi sebesar 28,75 persen. “Berdasarkan kategori debitur, porsi penyaluran kredit kepada UMKM tercatat sebesar 46,40 persen dan non-UMKM sebesar 53,60 persen. Hal ini sejalan dengan porsi penyaluran kredit terbesar masih pada sektor bukan lapangan usaha-rumah tangga (termasuk multiguna) sebesar 28,78 persen, diikuti dengan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 27,89 persen dan perdagangan besar dan eceran sebesar 15,87 persen,” bebernya.
Penyaluran kredit BPR di Jambi mengalami penurunan pada Desember 2024 sebesar 2,87 persen (yoy) menjadi Rp1.058 milyar, selaras juga dengan penurunan DPK sebesar 4,65 persen (yoy) menjadi Rp943,9 milyar, yang disebabkan karena satu BPR, yaitu PT BPR Universal Sentosa telah menggabungkan diri dengan PT BPR Universal yang berada di Tangerang Selatan.
Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR di Jambi pada Desember 2024 tercatat sebesar 85,96 persen dan kualitas kredit bermasalah dengan rasio NPL sebesar 14,19 persen.
Porsi kredit modal kerja sebesar 53,53 persen dari total penyaluran kredit, diikuti dengan investasi sebesar 31,43 persen dan konsumsi sebesar 15,05 persen. Selanjutnya, porsi penyaluran BPR kepada UMKM tercatat sebesar 83,18 persen dan kepada non-UMKM sebesar 16,82 persen.
“Berdasarkan lapangan usaha, porsi terbesar pada sektor konstruksi sebesar 20,62 persen, diikuti oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 18,12 persen,” sebut Iswara.(***)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT